WCDMA merupakan teknologi generasi ketiga (3G) yang berbasis
packet
service dengan menggunakan standar Direct Sequence Spread
Spectrum dan
modulasi RF yang digunakan adalah QPSK saat uplink maupun
downlink. Standar
bandwidth yang dipakai sebesar 5 Mhz yang dapat ditingkatkan
sampai dengan 10
Mhz, 15 Mhz, dan 20 Mhz. Sedangkan dukungan mobilitas yang
dapat dilayani
Teknologi Radio WCDMA
Teknologi WCDMA adalah teknologi radio yang digunakan
pada
sistem 3G/UMTS. Teknologi WCDMA sangat berbeda dengan
teknologi jaringan radio GSM. Pada jaringan 3G dibutuhkan
kualitas suara yang Iebih baik, data rate yang semakin
tinggi
(mencapai 2Mbps dengan menggunakan release 99, dan
mencapai 10 Mbps dengan menggunakan HSDPA) oleh sebab
¡tu bandwith sebesar 5 MHZ dibutuhkan pada sistem WCDMA.
Posibilitas setiap user untuk mendapatkan bandwidth yang
bervariasi sesual permintaan layanan user adalah salah
satu
fitur keunggulan jaringan UMTS. Teknik diversitas
digunakan
untuk meningkatkan kapasitas user downlink, dan karena
hanya satu frekuensi yang digunakan, aktifitas frequency
planning yang rumit pada jaringan GSM tidak perlu
dilakukan.
Packet data Scheduling tergantung pada kapasitas jaringan
sehĂngga Iebih efisien dibandingkan jaringan GSM yang
bergantung pada kapasitasTipe kanal pada WCDMA terdiri atas kanal transport, kanal fisik , dan kanal logika.
a. Kanal Transport WCDMA
Secara umum terdapat dua jenis kanal transport, yaitu CTCH (Common Transport Channels) dan DTCH (Dedicated Transport Channels). CTCH ditujukan baik kepada semua pelanggan ata pelanggan tertentu. Jenis-jenis CTCH antara lain :
1. RACH (Random Access Channel), kanal yang digunakan pada saat uplink ketika pelanggan ingin mengakses atau sebagai signalling dari pelanggan.
2. BCH (Broadcast Channel), kanal yang digunakan saat downlink untuk mengimkan informasi system termasuk FCCH ke seluruh cakupan area pada sel.
3. PCH (Paging Channel), kanal yang digunakan pada saat downlink untuk memanggil pelanggan ketika jaringan ingin memulai komunikasi dengan pelanggan
4. FACH (Forward Access Channel), kanal yang digunakan mengirimkan informasi kontrol downlink ke satu atau lebih pelanggan dalam sel.
5. CPCH (Common Packet Channel), kanal yang digunakan pada saat uplink hampir sama dengan RACH tetapi dapat menangani beberapa frame.
6. DSCH (Downlink Shared Channel), Kanal yang digunakan untuk membawa dedicated user data atau kontrol signalling kepada satu atau lebih pelanggan di dalam sel.
b. Kanal Fisik Pada WCDMA
Kanal fisik digunakan pada saat uplink dengan frekuensi tertentu, scrambling code, channelization code, dan duration. Kanal fisik meliputi :
1. SCH (Synchronization Channel), kanal yang berfungsi untuk sinkronisasi antara UE dengan BS
2. CPCH (Common Pilot Channel), kanal yang selalu dikirmkan oleh base station dan di-scramble menggunakan scrambling code dengan faktor spreading.
3. Primary CCPCH (Primary Common Control Physical Channel), kanal yang digunakan pada saat downlink untuk membawa kanal transport BCH
4. Secondary CCPCH (Secondary Common Control Physical Channel), kanal yang digunakan pada saat downlink untuk memebawa dua kanal transport secara bersamaaan, FACH dan PCH.
5. PRACH (Physical Random Access Channel), kanal yang digunakan pada saat uplink untuk membawa kanal transport RACH.
6. PCPCH (Phyisical Common Packet Channel), kanal yang digunakan paad saat uplink untuk membawa uplink kanal transport CPCH.
7. PDSCH (Physil Downlink Shared Channel), kanal yang digunakan pada saat downlink untuk membawa kanal transport DSCH.
8. PICH (Paging Indocator Channel), kanal yang digunakan pelangan ketika akan registrasi ke jaringan. Kanal indicator ini terdiri dari AICH, AP-AICH, dan CD/CA-AICH.
9. DCH (Dedicated Channel), kanal yang terdiri dari dua kanal fisik DPDCH dan DPCCH. DPDCH berfungsi membawa data pelanggan yang aktual sedangkan DPCCH membawa informasi kontrol.
C. Kanal Logik W-CDMA
Pada dasarnya terdapat dua kanal logic yang kontrol channels dan traffic channels.
1. BCCH (Broadcast Control Channel), merupakan kanal yang digunakan pada saat downlink untuk mentransmisikan informasi sistem.
2. PCCH (Paging Control Channel), merupakan kanal yang digunakan oleh MS untuk melakukan panggilan melalui satu atau lebih sel.
3. CCH (Common Control Channel), merupakan kanal yang digunakan pada saat uplink oleh terminal yang belum memiliki koneksi sama sekali dengan jaringan. CCCH dapat digunakan pada saat downlink untuk merespon percobaan panggilan oleh terminal.
4. DCCH (Dedicated Control Channel), merupakan kanal kontrol point to point dua arah antara MS dan jaringan untuk mengirimkan informasi kontrol.
5. DTCH (Dedicated Traffic Channel), merupakan kanal point to point yang diperuntukkan bagi satu MS untuk mentransfer data pelanggan.
6. CTCH (Common Traffic Channel), merupakan kanal unidireksional point to multipoint yang digunakan pada saat downlink untuk mentransfer data pelanggan untuk satu atau beberapa MS.
Alokasi Spektrum frekuensi pada WCDMA terbagi menjadi dua yaitu :
a. Sistem Time Division Duplex (TDD)
TDD memakai operasi full duplex dengan menggunakan pita frekuensi tunggal dan pembagian waktu multiplexing uplink dan downlink sinyal. Alokasi spektrum TDD antara range frekuensi 1900-1920 Mhz dan 2010-2025 Mhz yang digunakan untuk transmisi uplink dan downlink secara bersamaan.
b. Sistem frekuensi Divison Duplex (FDD)
Dalam FDD uplink dan downlink terpisah yang memungkinkan perangkat
mengirim dan menerima data pada saat yang bersamaan. Jarak antara uplink dan
downlink disebut dengan duplex. Alokasi spektrum FDD pada range frekuensi antara 1920-1980 Mhz untuk transmisi downlink dan 2110-2170 Mhz untuk transmisi uplink.
Scrambling Code
Dalam sistem WCDMA
digunakandua macam operasi
pada physical channel,
yaitu; channelization dimana
mentransformasikan setiap bit ke dalam jumlah chip SF (Spreading Factor),
sedangkan Scrambling Code digunakan untuk menebar sinyal informasi.Pada arah
uplink setiap user memiliki Scrambling Code yang unik dan dapat menggunakan
semua kode yang terdapat pada
code tree OVSF.
Scrambling Code sering
juga dikaitkan dengan
user dan kode channelization dikaitkan
dengan tipe dari
layanan sesuai dengan
bit rate yang
diberikan. Sedangkan pada
arah downlink, Scrambling Code
digunakan untuk membedakan
sektor yang berbeda
dan kode channelization dikaitkan dengan tipelayanan
yang berbeda dan user.
Interference
Interferensi
adalah gangguan yang
terjadi disebabkan adanya
sinyal lain yang
frekuensinya sama dan daya
sinyal pengganggu tersebut
cukup besar. Ukuran
yang digunakan untuk
menilai kualitas sinyal
terhadap gangguan
interferensi dinyatakan dengan
C/I (dB) =
Carrier to Noise
Ratio.
Interferensi yang
terjadi pada perangkat
telekomunikasi bergerak dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
- MS lain dalam satu sel
- Panggilan dalam proses dari sel sebelah
- BS lain yang beroperasi pada frekuensi yang sama
- Peralatan lain
Pilot Pollution
Pilot Pollution merupakan kondisi dimana jumlah dari active
set yang menangani suatu UE lebih dari 3 dan keseluruhan active set tersebut
berada pada range 5dB atausekitar 3dB dari active set yang terbesar. Active
set yang
melebihi batasan Max
Active Set (3
active set) dapat
mengganggu kualitas dari
suatu sinyal dan bertindak
sebagai penginterferen. Dalam
hal ini, penginterferen dapat
menurunkan performansi dari
suatu system
Pilot Set
Kanal pilot menjadi
acuan dalam penentuan
hand-off. Pilot diidentifikasi oleh
MS dan dikategorikan sebagai berikut.
- Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BS dimana MS tersebut aktif. Banyaknya pilot yang termasuk pada kategoriini tergantung pada banyaknya komponen rake receiver.
- Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk dalam active set. Pilot ini harus diterima dengan baik untuk mengidentifikasi bahwa kanal traffik forward link dapat didemodulasi dengan baik.
- Neighbour Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk pada dua kelompok sebelumnya, dan dipergunakan untuk proses handover.
- Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali yang terdapat pada active set, candidate set, dan neighbour set
Beberapa hal yang dimiliki oleh teknologi WCDMA
ini adalah :
1. Mendukung pengiriman data dengan kecepatan tinggi (>
384 kbps pada
lingkup area yang lebar dan dapat mencapai 2 Mbps pada
daerah
indoor/local outdoor coverage)
2. Sistem layanan yang fleksibel yang mendukung multiple
parallel variable
rate services pada tiap-tiap koneksi
3. Dukungan terhadap handover antar frekuensi untuk
pengoperasian dengan
struktur sel yang bertingkat
4. Implementasi yang mudah pada terminal dual mode UMTS/GSM
baik itu
handover diantara UMTS dan GSM,
5. Kerahasiaan yang tinggi,
6. Dapat diaplikasikan pada lingkungan interferensi yang
tinggi,
7. Menyediakan kapasitas yang lebih besar daripada sistem
FDMA, TDMA,
maupun NarrowBand CDMA.
Kelebihan lainnya secara teknis adalah teknologi WCDMA
memiliki laju data
yang tinggi yang mampu mencapai 5,6 Mbps dan mampu melayani
196 user tiap
kanalnya, jauh lebih besar dari teknologi GSM yang hanya
mampu menangani 8
user tiap kanalnya UMTS adalah salah satu teknologi seluler
pada generasi ketiga
yang menggunakan teknologi WCDMA sebagai interfacenya. UMTS
dikembangkan oleh IMT-2000 framework yang merupakan salah
satu bagian dari
program ITU.
Dari gambar 2.17 diatas terlihat bahwa arsitektur jaringan
UMTS terdiri
dari perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu User
Equipment (UE),
UMTS Terresterial Radio Access Network (UTRAN) dan Core
Network (CN).
UE (User Equipment)
User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh
pelanggan
untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE
dilengkapi dengan
smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber
Identity Module)
yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma
security untuk
keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma
enkripsi. Selain terdapat
USIM, UE juga dilengkapi dengan ME (Mobile Equipment) yang
berfungsi
sebagai terminal radio yang digunakan untuk komunikasi lewat
radio.
Universitas Sumatera Utara
UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network)
Jaringan akses radio menyediakan koneksi antara terminal
mobile dan
Core Network. Dalam UMTS jaringan akses dinamakan UTRAN
(Access
Universal Radio electric Terrestrial). UTRA mode UTRAN
terdiri dari satu atau
lebih Jaringan Sub-Sistem Radio (RNS). Sebuah RNS merupakan
suatu subjaringan dalam UTRAN dan terdiri dari Radio Network Controller (RNC)
dan
satu atau lebih Node B. RNS dihubungkan antar RNC melalui
suatu Iur Interface
dan Node B dihubungkan dengan satu Iub Interface.
Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru
dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, di
antaranya adalah Node-B
dan RNC (Radio Network Controller).
1. RNC (Radio Network Controller)
RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN
yang
membawahi beberapa Node-B, menghubungkan CN (Core Network)
dengan user,
dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio
Resource Control) yang
mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan
UTRAN.
2. Node-B
Node-B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM.
Node-B
merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan
pelayanan radio
kepada UE. Fungsi utama Node-B adalah melakukan proses pada
layer 1 antara
lain : channel coding, interleaving, spreading, de-spreading,
modulasi,
Universitas Sumatera Utara
demodulasi dan lain-lain. Node-B juga melakukan beberapa
operasi RRM (Radio
Resouce Management), seperti handover dan power control.
CN (Core Network)
Jaringan Lokal (Core Network) menggabungkan fungsi kecerdasan
dan
transport. Core Network ini mendukung pensinyalan dan
transport informasi dari
trafik, termasuk peringanan beban trafik. Fungsi-fungsi
kecerdasan yang terdapat
langsung seperti logika dan dengan adanya keuntungan
fasilitas kendali dari
layanan melalui antarmuka yang terdefinisi jelas; yang juga
pengaturan mobilitas.
Dengan melewati inti jaringan, UMTS juga dihubungkan dengan
jaringan
telekomunikasi lain, jadi sangat memungkinkan tidak hanya
antara pengguna
UMTS mobile, tetapi juga dengan jaringan yang lain.
1. MSC (Mobile Switching Center)
MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis
circuit switch
seperti video, video call.
2. VLR (Visitor Location Register)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara
mengenai
pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada
cakupan area
jaringan.
3. HLR (Home Location Register)
HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang
tetap.
Data-data tersebut antara lain berisi layanan pelanggan,
service tambahan serta
informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir
(Update Location).
Universitas Sumatera Utara
4. SGSN ( Serving GPRS Support Node)
SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke
jaringan
GPRS.
Fungsi SGSN adalah sebagai berikut :
a. Mengantarkan paket data ke MS.
b. Update pelanggan ke HLR.
c. Registrasi pelanggan baru.
5 GGSN ( Gateway GPRS Support Node )
GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS
ke
jaringan paket data standard (PDN). GGSN berfungsi dalam
menyediakan
fasilitas internetworking dengan eksternal packet-switch
network dan
dihubungkan dengan SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN
akan berperan
antarmuka logik bagi PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan
menerima
paket data dari SGSN atau PDN. Selain itu juga terdapat
beberapa interface
baru, seperti : Uu, Iu, Iub, Iur. Antara UE dan UTRAN
terdapat interface Uu.
Di dalam UTRAN terdapat interface Iub yang menghubungkan
Node-B dan
RNC, Interface Iur yang menghubungkan antar RNC, sedangkan
UTRAN dan
CN dihubungkan oleh interface Iu.
Protokol pada interface Uu dan Iu dibagi menjadi dua sesuai
fungsinya,
yaitu bagian control plane dan user plane . Bagian user
plane merupakan protokol
yang mengimplementasikan layanan Radio Access Bearer (RAB),
misalnya
membawa data user melalui Access Stratum (AS). Sedangkan
control plane
berfungsi mengontrol RAB dan koneksi antara mobile user
dengan jaringan dari
aspek : jenis layanan yang diminta, pengontrolan sumber daya
transmisi,
handover, mekanisme transfer Non Access Stratum (NAS)
seperti Mobility
Universitas Sumatera Utara
Management (MM), Connection Management (CM), Session
Management (SM)
dan lain-lain.
untuk mengetahui nilai RSCP dan EcNo, kita harus melakukan pengukuran
sinyal WCDMA dengan menggunakan metode drive test. berikut ini dipaparkan
kuadran nilai RSCP dan EcNo yang baik berdasarkan pengukuran hasil drive test
secara keseluruhan.
cell breathing merupakan sebuah kondisi dimana
coverage semakin berkurang jika user semakin bertambah banyak. hal ini terjadi
pada jaringan 3G WCDMA.
kesimpulannya, coverage berbanding terbalik
dengan kapasitas. semakin besar kapasitas user yang diinginkan, maka coverage
akan semakin mengecil.
parameter untuk drive test 3G juga dikelompokkan menjadi dua
yaitu parameter untuk verifikasi data BTS dan parameter untuk verifikasi
kualitas jaringan. Paramater untuk verifikasi data BTS, antara lain :
a. Cell ID,merupakan
nomor unik yang digunakan untuk mengidentifikasi setiap BTS atau sektor dari
BTS dalam kode area Lokasi (LAC). Pada umumnya digit terakhir dari Cell ID
merupakan Sektor ID sel. Nilai 0 digunakan untuk antena Omnidirectional. Nilai
1,2,3 digunakan untuk mengidentifikasi sektor antena trisector atau bisektris.
Misalnya sektor 1 BTS maka digit terakhir cell id-nya 1, dan seterusnya.
b. Universal Absolute Radio Frequency Channel Number
(UARFCN),merupakan nomor kanal yang mewakili carrier UMTS sebesar 5 MHz. Nomor
kanal UARFCN dihitung sesuai dengan frekuensi yang digunakan dikalikan 5.
Misalnya jika frekuensi 2132,8 MHz maka UARFCN = 2132,8 MHz * 5 = 10.664.
c. Scrambling Code (SC),merupakan kode yang membedakan antar
sektor BTS atau sel digunakan untuk membedakan user yang satu dengan yang
lainnya.
Sedangkan parameter kualitas jaringan pada WCDMA, antara
lain :
a. RSCP (Receive
Signal Code Power)
Tingkat kekuatan sinyal di jaringan 3G yang diterima ponsel
sama halnya dengan RxLev pada GSM dengan satuan -dBm.
b. Ec/No (Energy
Carrier per Noise)
Perbandingan (ratio) antara kekuatan sinyal (signal
strength) dengan kekuatan derau (noise level) atau SNR (Signal/Noise Ratio)
yang dipakai untuk menunjukkan kualitas jalur (medium) koneksi. .Fungsinya sama
dengan RxQual di jaringan 2G.
c. CSSR (Call Setup
Success Ratio)
d. CCSR (Call
Completion Success Ratio)
e. DCR (Drop Call
Ratio)
f. BCR (Blocked
Call Ratio)
Untuk CSSR, CCSR, DCR, BCR dalam parameter kualitas jaringan 3G sama
dengan parameter kualitas jaringan 2G/GSM.
RSCP ( Received Signal Code Power ) merupakan level sinyal
yang diterima di sisi user. semakin besar nilai RSCP maka semakin baik.
EcNo merupakan kualitas sinyal yang terdiri dari
perbandingan antara sinyal yang dikehendekai berbanding dengan sinyal noise /
interferensi .semakin besar nilai EcNo maka semakin baik pula kualitas sinyal
yang dikehendaki.
RSCP akan mempengaruhi presentase keberhasilan mengakses
layanan telekomunikasi. misal, pada daerah yang memiliki nilai RSCP jelek akan
susah melakukan panggilan atau mengirim SMS.
EcNo akan mempengaruhi presentase kualitas layanan
telekomunikasi. misal, ketika melakukan panggilan telepon, apabila nilai EcNo
jelek, maka suara yang didengarkan akan banyak “kresek-kresek”, tidak jelas,
terputus tiba-tiba.
Threshold merupakan ambang batas minimum yang dapat
ditoleransi. lewat dibawah nilai threshold diperlukan optimasi.
Kuadran Q1 ( RSCP > -94 dBm & EcNo > -12 dB )
diharapkan hasil drive test pada area ini, karena nilai
RSCP dan EcNo diatas threshold. tidak perlu ada optimasi.
Kuadran Q2 ( RSCP < -94 dBm & EcNo > -12 dB )
RSCP jelek namun EcNo baik. hal ini disebabkan karena bad
coverage. kita harus menganalisa adanya blocking propagation ( pancaran
elektromagnetik terhalang oleh objek seperti gedung ) atau karena VSWR yang
tidak match di dalam antena.
Kuadran Q3 ( RSCP < -94 dBm & EcNo < -12 dB )
RSCP dan EcNo jelek. ini bisa terjadi karena bad coverage
dan banyaknya interferensi. perlu dilakukan analisa yang lebih dalam tentang
hal ini.
Kuadran Q4 ( RSCP > -94 dBm & EcNo < -12 dB )
RSCP baik namun EcNo Jelek. hal ini bisa disebabkan
karena interferensi yang sangat besar atau karena terlalu banyak melayani user.
perlu dilakukan analisa swap feeder, pilot pollution, overshoot coverage, dan
user distribution
WCDMA Cell Breathing
gambar 1. coverage mengecil akibat bertambahnya user ( kanan
)
saat terjadi cell breathing, user paling atas yang tadinya
dilayani site menjadi out-of-coverage ( pada gambar kanan, user tersebut tidak
masuk ke dalam cakupan coverage berwarna hijau ). tentunya hal ini akan membuat
layanan yang diberikan kepada user tersebut menjadi buruk. oleh karena itu,
kita perlu mengatur distribusi coverage dan mengetahui pasti jumlah user di
suatu daerah yang akan dilayani. planning dan optimasi sangat berperan penting
dalam pembangunan jaringan WCDMA ini menjadi lebih baik.
gambar 2. coverage vs capacity
berdasarkan pengalaman, biasanya 1 site melayani sekitar 40
– 100 user. lebih dari itu, user akan mengalami experience layanan 3G yang
tidak memuaskan karena “setiap user akan saling berkompetisi dengan user lain
untuk memperoleh layanan WCDMA” .
No comments:
Post a Comment